Peta genetik (a.k.a Peta Pautan Genetik)
Peta genetik disusun berdasarkan prinsip keterpautan (linkage) diantara beberapa penanda (DNA). Hal ini berdasarkan pada pengertian bahwa genom ditransmisikan dan diorganisasikan sebagai unit linier, yang disebut kromosom. Sehingga bisa diistilahkan sebagai sebuah pengaturan sistematis penanda DNA pada posisi tertentu pada kromosom. Sehingga sebagai sebuah “kotransmisi” memungkinkan untuk menentukan urutan penanda DNA pada kromosom berdasarkan letak penanda DNA yang berdekatan berdasarkan pewarisan tetua kepada keturunannya.
Di bawah ini terdapat dua gambar peta genetik dengan kualitas susunan penanda DNA pada peta yang dihasilkan terdapat dua perbedaan mendasar, sebagaimana berikut:
Peta genetik
di atas merupakan salah satu contoh peta dengan hasil yang baik. Terlihat bahwa
hampir seluruh wilayah kromosom telah terpetakan dengan index diatas 80%. Dan
tersusun oleh beberapa penanda DNA, diantaranta: RFLP, AFLP, SSR, EST, CAPS dan
sebagainya. Peta Genetik padi di atas merupakan contoh peta genetik yang telah
tersusun baik (well developed). Dan memang padi merupakan obyek riset peta
genetik tanaman yang paling lengkap untuk jenis tumbuhan tingkat tinggi. Dan
sekarang perhatikan peta genetik berikut:
Peta genetik
di atas hanya menunjukkan tentang susunan kelompok pautan (linkage group).
Kelompok pautan, umumnya belum merepresentasikan susunan kromosom suatu
individu. Pada tahap ini, sebuah kelompok pautan masih memerlukan studi lanjut
untuk naik status menjadi sebuah peta pautan genetik (genetic linkage map) atau
peta genetik yang baik. Pada peta genetik poplar tersusun hanya satu penanda
DNA, yakni AFLP. Namun pada perkembangannya, saat ini peta genetik poplar
adalah yang terdepan untuk tumbuhan berkayu, disamping Eucalyptus.
Konstruksi Peta Pautan Genetik
Konstruksi Peta Pautan Genetik
Sebelum mulai
menyusun sebuah peta genetik atau peta pautan genetik, perlu diketahui
bagaimana sebuah peta pautan genetic yang baik. Peta putan genetic yang baik
sebaiknya mengikuti kaidah sebagaimana berikut: (1). Sebuah peta pautan genetik
sebaiknya kaya akan jumlah penanda yang meng-cover seluruh bagian kromosom;
(2). Penanda-penanda tersebut harus terdistribusi secara merata pada setiap
bagian kromosom, dan tidak terkonsentrasi pada satu atau dua bagian kromosom;
(3). Dapat digunakan untuk memetakan gen atau kandidat gen (putative gene).
Dalam
perkembangannya, terdapat dua tipe peta pautan genetik, yakni yang bersifat
universal dan bersifat terbatas. Peta pautan genetik yang bersifat universal
dapat digunakan oleh pengguna yang berbeda. Bahkan pada beberapa studi pada
peta yang sama dapat digunakan oleh pihak lain untuk memetakan gen dari
karakter yang mereka inginkan. Sehingga peta pautan jenis ini memungkinkan
untuk dapat digunakan oleh orang lain. Meski dengan melalui studi komparatif
(comparative mapping) kemungkinan tersebut menjadi lebih mungkin untuk
dilakukan. Namun untuk populasi pemetaan tertentu dengan gen spesifik, kiranya
perlu membangun sebuah peta pautan tersendiri dan tidak bisa menggunakan peta
universal untuk memetakan spesifik gen pada populasi pemetaan tertentu. Hal ini
dikarenakan peta universal tidak terdapat spesifik gen yang akan dipetakan tersebut.
Sehingga, peta pautan yang dibuat untuk tujuan tersebut dikenal dengan peta
pautan genetik terbatas. Faktanya, dengan perkembangan yang luar biasa, peta
pautan genetik melalui suatu studi komparatif dapat digunakan secara universal
dan saling melengkapi, seperti pada: padi, jagung, Arabidopsis, poplar dan
beberapa species Eucalyptus.
Populasi pemetaan dibangun berdasarkan kondisi dari tiap-tiap jenis dan merupakan bagian dari strategi pemuliaan jenis tanaman sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Bisa dengan populasi F1 pada persilangan tunggal maupun F2. Adakalanya Backcross (BC) merupakan pilihan yang terbaik, terutama untuk strategi pemuliaan dalam memilih individu-individu dengan karakter ketahanan terhadap penyakit.
Selanjutnya
akan diulas secara ringkas tahapan-tahapan penting dalam penyusunan peta pautan
genetik, diantaranya:
Tahap I.
Seleksi Tetua dan Membangun Populasi Pemetaan
Ini merupakan
tahapan paling krusial dalam penyusunan peta pautan genetic. Seleksi dilakukan
berdasarkan data-data pada program pemuliaan dan ini terkait erat dengan
strategi pemuliaan. Misalnya, untuk pemuliaan berbasis sifat ketahanan pada
penyakit. Maka basis seleksi adalah tetua dengan performa pertumbuhan bagus dan
memiliki sifat ketahanan terhadap serangan penyakit. Katakanlah tetua jantan
adalah individu tanaman dengan performa pertumbuhan baik namun relatif rentan
terhadap serangan penyakit. Sedangkan, tetua betina adalah individu tanaman
dengan performa pertumbuhan yang kurang baik namun relatif tahan terhada
serangan penyakit. Dua sifat kontras inilah yang menjadi dasar untuk melakukan
seleksi tetua. Kemudian kedua tetua terpilih diuji dengan melakukan skrining
menggunakan penanda DNA. Bila tingkat polimorfisme kedua tetua berada pada
nilai diatas 40%, maka kedua tetua tersebut layak untuk dijadikan model tetua
dan selanjunya dilakukan seleksi. Disamping itu, analisa penanda juga
menunjukkan adanya sifat heterozigositas yang memungkinkan sifat-sifat yang dimiliki
tetua dapat diwariskan pada keturunannya. Sifat dominansi karakter selanjunya
dapat diuji berdasarkan studi pemisahan (segregasi) di tingkat keturunan.
Populasi pemetaan dibangun berdasarkan kondisi dari tiap-tiap jenis dan merupakan bagian dari strategi pemuliaan jenis tanaman sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Bisa dengan populasi F1 pada persilangan tunggal maupun F2. Adakalanya Backcross (BC) merupakan pilihan yang terbaik, terutama untuk strategi pemuliaan dalam memilih individu-individu dengan karakter ketahanan terhadap penyakit.