Jauh
sebelum penanda DNA ditemukan, beberapa penanda genetika telah digunakan sejak
tahun 1910. Diantaranya, yang pertama adalah penanda morfologi atau penanda
yang bersifat fenotipik (berdasarkan penampilan luar suatu individu mahluk
hidup). Kelemahan penanda ini terletak pada tingkat keragaman yang rendah
(baca: polimorfisme rendah). Hal ini terbukti dengan banyaknya penanda
morfologi yang tidak dapat digunakan untuk membedakan genotipa dari
individu-individu yang berbeda. Bahkan penanda ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Hal ini sebagaimana konsep morfologi suatu individu, dimana
P = G + E. Yakni, fenotipik (P) suatu individu dipengaruhi oleh factor genetik (G)
dan adaptasinya terhadap linkgungan (E) tempat tinggalnya. Penanda berikutnya
adalah biokimia, contoh yang paling popular adalah penggunaan isozim. Penanda
ini sejak diperkenalkan pada tahun 1959 telah diguankan secara luas dalam
berbagai riset penanda genetika. Namun keterbatasan jumlah isozim menyebabkan
penanda ini mulai ditinggalkan seiring dengan laju perkembangan penanda DNA.
Dan, sebagaimana disampaikan di awal, penanda DNA merupakan penanda paling
mutahkhir. Dengan tingkat keragaman (polimorfisme) yang tinggi dan dengan
jumlah yang tidak terbatas penanda DNA merupakan pilihan terbaik saat ini.
Disamping penanda DNA tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkat
heritabilitas yang mencapai 100%. Suatu penanda yang baik, menurut Paterson
(1996) harus memenuhi 2 kaidah, yakni: (1). Penanda harus dapat membedakan dua
individu/tetua yang berbeda genotipanya; (2). Penanda harus secara tepat
diwariskan dan ditransmisikan kepada keturunannya.
Saat ini, penanda DNA merupakan pilihan yang tepat digunakan dalam proses penyusunan peta genetik. Beberapa teknik telah dikembangkan untuk memvisualisasikan penanda DNA. Diantaranya yang paling banyak digunakan saat ini adalah: RFLP, RAPD, AFLP dan SSR. Bahkan saat sekarang ini dengan kemajuan teknologi dan kemudahan teknik sekuensing disertai keunggulannya, muncul teknik yang disebut sebagai SNP.(Pada tulisan berikutnya, akan dibahas mengenai konsep dasar pembuatan peta genetik, syarat sebuah peta genetik yang baik dan perkembangan terkini tentang manfaat penggunaan peta genetik dalam program pemuliaan tanaman).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar